Open top menu
Monday, December 8, 2014
kisah teladan islam : Panglima Rubai Bin Amir - Islam Itu Indah Sekali Blog

Kisah Teladan Panglima Ruba’I Bin Amir


Ibnu katsir dalam karyanya Al-bidayah wa an an-nihayah menceritakan, mughirah bin Syu’bah pernah diutus oleh Panglima Sa’ad Bin Abi Waqash, untuk mendatangi kerajaan Persia yang masih menganut kerajaan majusi. Rustum adalah panglima Persia yang sangat di segani seperti gadjah mada patihnya kerajaan majapahit.

Ketika mughirah tiba di istana, panglima perang Rustum bertanya ”untuk apa kamu datang ke kerajaanku, apakah ingin mengusai kerajaan kami,”
 seketika Mughirah menjawab:,”Dunia bukanlah tujuan kami. Cita-cita dan tujuan kami adalah akhirat Allah kepadamu rasul dan dia berkata kepadanya ( yang maknanya ) : Aku telah memberikan kekuasaan kepada kaum ini ( kaum muslim ) atas orang-orang yang tidak tunduk pada agama-Ku.”

Kemudian Raja lagi:”mahua ad-dien? ( Agama apakah itu ? )”
                Mughirah menjawab,”pilar yang tegak di atasnya kesaksian, bahwa tidak ada tuhan yang disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, serta pengakuan atas semua yang datang dari-Nya.”

Setelah peristiwa tersebut, Sebelum terjadi peperangan Qadisiyah ( Antara pasukan Muslim dengan pasukan Persia ), panglima Rustam memberi undangan agar panglima Sa’ad bin Abi Waqash mengutus orang untuk datang sebagai tamu kenegaraan. Kemudian salah seorang prajurit muslim bernama Ruba’I bin Amir, dikirim oleh Sa’ad bin Abi Waqash untuk menghadap panglima Rustum kembali. Dengan mengendarai seekor kuda, Ruba’i melaju cepat menuju perkemahan Rustum di perbatasan. Setibanya di lokasi, Ruba’i bin Amir berhadapan dengan semua pembesar militer yang berpakaian kenegaraan. Forum mereka di hiasi dengan hamparan karpet merah berbahan sutera, jendral Rustum di podium militernya. Ia memakai atribut berbahan emas yang dihiasi dengan batu permata yang serba mahal. Sebaliknya, Ruba’i bin Amir, hanya mengenakan pakaian berbahan kasar dan sederhana.

Dari kejauhan, ringkikan suara kuda Ruba’I sudah menggetarkan setiap yang mendengarnya, dengan berbekal tombak dan perisai umumnya tentara kala itu, Ruba’i bin Amir masuk ke perkampungan kemah petinggi militer, tanpa menghiraukan penjagaan ketat yang menakutkan. Ruba’i terus masuk dengan menunggangi kuda dan membiarkan kaki kuda mengotori hamparan karpet merah symbol kenegaraan.

Mendengar rinkikan kuda yang mencirikan kuda istimewa, Rustam tersenyum bahwa utusan panglima Sa’ad bin Abi Waqash telah tiba, sebab jauh hari dia sudah memerintahkan untuk memasang besi portal setinggi setengah badan. Dengan memasang portal besi setengah badan ini, Rustum berharap utusan militer muslim ini mau tidak mau berjalan menghadap dirinya dengan membungkuk-kan badan. Namun diplomasi praksis Ruba’i  bin Amir tidak kalah tegas dan cerdik. Menyaksikan fakta ada portal di hadapannya, ruba’i kemudian membalikan badan, lalu berjalan mundur seraya membungkukan badanya, sehingga pantat-nya membokongi rustum sang panglima Persia. Ruba’i terus berjalan kedepan dengan posisi membelakangi sambil menyeret tombaknya, dengan demikian seketika juga hamparan karpet merah terkoyak-koyak tata-letaknya. Menyaksikan peristiwa itu

para jendral militer berseru : “Letakan senjata itu!’
Ruba’i menjawab, “Aku datang kemari tidak lain hanyalah atas undangan kalian. Jika kalian senang, biarkan aku dalam keadanku, seperti ini, atau kalau tidak , aku akan pulang.”

Kemudian Rustum menengahi : “Biarkan ia menghadap!” Akhirnya, Ruba’i menghadap panglima Rustum, dengan tombak masuk hamparan karpet merah. Dan seketika itu pula karpet terkoyak-koyak. Mereka bertanya,”Apakah yang mendorongmu masuk daerah kami?”. “Allah SWT telah mengutus kami untuk membebaskan manusia dari memperhambakan diri kepada selain Allah, dan melepaskan belenggu duniawi menuju dunia bebas, dan dari agama yang sesat menuju keadilan Islam.

Jawaban Ruba’i, ini menegaskan semangat dakwah adalah karena Allah SWT bukan bermotif politis, kekuasaan atau ekonomi. Seperti ditegaskan di firman Allah, agar semua hal di motifkan karena Allah semata: “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah .” (QS. AL-An’am : 162-163 ).


Read more