Open top menu
Thursday, June 18, 2015
Mengenal Salahuddin Al Ayubi Sang Panglima Kejayaan Islam

Mengenal Salahuddin Al Ayubi Sang Panglima Kejayaan IslamSiapa yang tak kenal dengan sosoknya, beliau di lahirkan dengan nama Yusuf bin Najmudin. yang mana Najmudin Ayyub ( ayah sultan salahuddin ) adalah seorang Gubernur Balbek dan pembantu raja suriah Nurrudin Mahmud. Karena kepandainya dalam mengayunkan pedang dalam sebuah peperangan terutama pada perang salib beliau sosok yang paling di segani oleh para pemimpin salib seperti Richard "the lionheart" Raja Inggris yang merakyat. Tapi dengan ditakutinya oleh para pembesar pasukan salib tidak membuat Sultan Salahuddin Al Ayyubi menjadi Angkuh, keras, dan Sombong.

Tapi justru sebaliknya dia adalah sosok orang yang paling lembut, pemimpin yang anti pilih kasih (Nepotisme), tidak pandang siapa saja yang ia bantu, bahkan kepada Raja Richard "The Lion Heart" yang saat itu sebagai pemimpin pasukan salib yang datang untuk merebut kota suci Yerusalem yang saat itu masih dikuasai oleh salahuddin al ayyubi. selain lembut beliau juga penderma suka menyedekahkan barang - barang miliknya kepada orang yang membutuhkan, walaupun beliau difitnah dengan tuduhan yang tidak mendasar tetapi dengan kelembutanya justru orang yang memfitnah itu diberi jubah miliknya. beliau juga pemimpin yang sangat dekat dengan rakyatnya, pemimpin yang anti korupsi, beliau adalah pendiri Dinasti Ayyubiyah Dinasti penerus Fatimiyyah yang lengser di damaskus.

pada tahun 1163 beliau diangkat menjadi Wazir ( gubernur ) menggantikan pamanya Shirkuh yang telah wafat. dengan keahlian beliau dia salahuddin al ayyubi menata kembali perekonomian dan pertahanan di mesir sebelum mulai menyusun rencana merebut baitul maqdis ( Yerusalem ) dari tentara salib. Yang mana dulu Baitul Maqdis menjadi kota yang damai di tempatinya 3 Agama Islam, Nasrani, dan Yahudi. karena kedamaian kota tersebut mulai goyah akibat hasutan orang nasrani yang tidak bertanggung jawab. banyak orang islam yang di yerusalem mendapat perlakuan diskriminatif, dan pembunuhan - pembunuhan yang tidak jelas apa sebabnya, maka itu sultan salahuddin al ayyubi berniat untuk mengembalikan kedamaian yang pernah ada di baitul maqdis.

Tahun makin berlalu perlahan satu demi satu kota - kota yang dikuasai tentara salib berhasil direbut oleh pasukan islam di bawah kepemimpinan salahuddin al ayyubi diantaranya Damaskus, aleppo, Halb dll. atas provokator orang yang tidak bertanggung jawab mengobarkan paus urbanus untuk mengirimi ratusan ribu pasukan salib dan membantai ratusan ribu umat islam yang ada di baitul maqdis dengan kejam. peristiwa ini tercatas dalam sejarah sebagai perang salib pertama.
Mengenal Salahuddin Al Ayubi Sang Panglima Kejayaan Islam
Mendengar kabar itu Salahuddin memimpin ratusan ribu pasukan islam ke baitul maqdis. terjadilah pertempuran di hittin yang mana di menangkan oleh pasukan muslim. peristiwa ini disebut sebagai peristiwa perang salib ke 2. 2 bulan dengan perang yang sengit akhirnya baitul maqdis berhasil di rebut oleh pasukan muslimin, dan mengembalikan lagi kedamaian yang telah direnggut oleh orang nasrani. berita jatuhnya baitul maqdis telah membuat geger orang - orang eropa. Langsung berlanjut perang salib ke 3 yang dipimpin oleh Frederick Barbarossa ( raja jerman ), philip augustus ( raja perancis ), dan Richard "The Lion Heart" (raja Inggris). peperangan berlangsung sangat lama dan pada akhirnya baitul maqdis dapat dipertahankan dan terjadi gencatan senjata.

pada tahun 1192 Raja Richard dan Shalahuddin Al Ayyubi menandatangani perjanjian damai yang isinya membagi wilayah palestina menjadi 2 wilayah : daerah pesisir laut tengah di huni orang kristen, dan perkotaan di huni orang islam.

Setahun kemudian tepatnya 4 Maret 1193, Sultan Salahuddin Al Ayyubi wafat di Damaskus, Suriah. Menjelang Wafatnya beliau tidak memiliki harta padahal beliau adalah seorang raja.

Itulah Sepenggal kisah Sultan Salahuddin Al Ayyubi Semoga kita dapat mengambil Hikmah yang terkandung di dalam kehidupan beliau.


  
Read more
Wednesday, June 17, 2015
Kesesatan Jemaat Islam Nusantara ( JIN ) Menurut Habib Rizieq

Sejak Rosulullah SAW wafat, lalu kepemimpinan di pimpin oleh Khalifah Abu bakar Asshidiq RA. banyak orang yang anti islam menggunakan kesempatan tersebut, mereka beranggapan dengan wafatnya Rosulullah SAW, maka berakhir juga masa islam di dunia. 

Dengan dasar itu Musailamah Al Kazab ( Pendusta ) mengaku sebagai Nabi untuk menggantikan Rosulullah SAW yang sudah tiada. dengan sihirnya Musailamah dapat mempengaruhi orang muslim di Jazirah Arab seolah - olah itu adalah mukjizat dari Allah. Mendengar berita tersebut Khalifah Abu bakar RA mengirim pasukan islam yang di pimpin Khalid bin Walid untuk menumpas para penyesat agama tersebut. 

Kesesatan Jemaat Islam Nusantara
Foto habib Rizieq
Itu adalah salah satu contoh aliran sesat yang terjadi pada zaman kekhalifaan islam. zaman semakin berlalu aliran sesat semakin banyak ragam dan jenisnya, tidak terkecuali di indonesia. Dan baru - baru ini beberapa situs islam seperti : eramuslim.com dan suara islam.com memberitakan tentang kesesatan Jemaat Islam Nusantara atau disingkat ( JIN ). pernyataan tersebut tersebut di kemukakan oleh ketua FPI Habib Rizieq berikut adalah  


pernyataan tersebut :

1.    Islam Pendatang
Bagi JIN bahwa Islam di Indonesia adalah “pendatang” dari Arab yang “numpang”, bukan agama “asli” bangsa Indonesia.
Tanggapan : Islam adalah agama asli yang turun dari langit untuk seluruh penduduk bumi, karena Islam datang dari Allah Swt sang pemilik alam semesta, sehingga Islam di mana saja di atas bumi Allah Swt akan selalu menjadi agama “asli” yang “pribumi”, dan tidak akan pernah jadi “pendatang”.
Jadi, Islam bukan dari Arab, tapi dari langit yang diturunkan pertama kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh dunia.
2. Pribumisasi Islam
Islam sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi, sehingga Islam harus siap “dipribumisasikan” agar tunduk kepada budaya setempat.
Karenanya, tidak boleh lagi ada istilah “Islamisasi Indonesia”, tapi yang mesti dilaksanakan adalah “Indonesia-isasi Islam”. Jadi, jangan pernah katakan “Indonesia negara Islam”, tapi katakanlah “Islam ada di Indonesia”.
Tanggapan : jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-China-isasi, dan Islam di India mesti
di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di dunia jadi bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya.
Jika mundur lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat jahiliyyah, maka Islam harus di-jahiliyyah-isasi.
Jelas, pola pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.
3. Tolak Arabisasi
Islam yang ada di Indonesia selama ini adalah “Islam Arab”, sehingga budaya Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi.
Karenanya, di Indonesia semua budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti dengan budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud “Islam Nusantara” yang khas bagi bangsa Indonesia.
Intinya, JIN menolak semua budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka semua itu adalah “Arabisasi Islam”, sehingga perlu ada gerakan “Indonesia-isasi Islam” di Nusantara.
Tanggapan : Rasulullah Saw diutus di tengah bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh bangsa-bangsa di dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.
Jadi, tidak ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat manusia.
4. Ambil Islam Buang Arab
Islam sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah Indonesia, tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi.
Karenanya, bangsa Indonesia boleh ambil budaya Islam, tapi wajib tolak budaya Arab, agar supaya budaya Nusantara tidak terjajah dan tidak pula tergerus oleh budaya Arab.
Tanggapan : ini adalah propaganda busuk JIN yang ingin menolak budaya Islam dengan “dalih” budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai “budaya Arab”.
Dan propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap rasis dan fasis, serta melahirkan sikap anti Arab, yang pada akhirnya mengkristal jadi anti Islam.
5. Ambil Islam Buang jilbab
Menurut JIN bahwa jilbab adalah budaya Arab karena merupakan pakaian wanita Arab, sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.
Tanggapan : JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, masyarakat Arab tidak kenal jilbab, dan wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan wanita Arab saat itu terkenal dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta tradisi tari perut yang buka puser dan paha.
Lalu datang Islam mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab menutup aurat, sehingga wanita muslimah jadi berbeda dengan wanita musyrikah. Dengan demikian, jilbab adalah busana Islam bukan busana Arab, dan jilbab adalah kewajiban agama bukan tradisi dan budaya.
6. Ambil Islam Buang Salam
Ucapan “Assalaamu ‘alaikum” adalah budaya Arab, sehingga harus diganti dengan “salam sejahtera” agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan jatidiri bangsa Indonesia.
Tanggapan : lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, salam masyarakat Arab adalah “wa shobaahaah”, bukan “Assalaamu ‘alaikum”.
Lalu datang Islam yang mengajarkan umatnya salam syar’i antar kaum muslimin, yaitu “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh”. Jadi, “Assalaamu ‘alaikum” adalah “tahiyyatul Islam” bukan “tahiyyatul ‘Arab.”
7. Ambil tilawah Quran buang langgam Arabnya
Termasuk baca Alquran tidak perlu lagi dengan langgam Arab, tapi sudah saatnya diganti dengan langgam Nusantara seperti langgam Jawa dan Sunda atau lainnya, agar supaya lebih Indonesia.
Tanggapan : membaca Alquran dengan langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Dan karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, tentu membacanya harus dengan langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan itu pun tidak tiap langgam Arab boleh untuk tilawah Alquran.
Langgam gambus dan langgam qashidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran, karena keduanya adalah langgam seni dan budaya serta musik dan hiburan.
Apalagi langgam tari perut yang merupakan langgam seni dan budaya Arab untuk pertunjukan maksiat, lebih tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran.
Karenanya, membaca Alquran dengan langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang tidak sesuai dengan pakem bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan intonasi makna dan arti.
Apalagi dengan langgam seni dan budaya selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan pertunjukan, seperti langgam dalang pewayangan, langgam sinden jaipongan, langgam gambang kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.
Allah Swt telah menganugerahkan bangsa Indonesia kefasihan dalam lisan Arab, sehingga dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak, sangat fasih dalam mengucapkan lafzhul jalalah “Allah” dan aneka dzikir seperti “Subhanallah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar.” dan mereka pun sangat fasih juga dalam membaca Alquran.
Bahkan bangsa Indonesia sangat ahli dalam ilmu tajwid dan amat piawai dalam tilawatil Alquran dengan langgam Arab, sehingga di hampir setiap Musabaqah Tilawatil Qur’an internasional, para qori Indonesia banyak sukses dan berhasil keluar jadi juara dunia tilawah.
Karenanya, pembacaan Alquran dengan langgam dalang pewayangan adalah “kemunduran”, di mana bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam tilawatil Qur’an, hingga mengungguli bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur jauh ke alam mitos pewayangan di zaman semar dan petruk.
8. Ambil Alquran buang bahasa Arabnya
Baca Alquran tidak mesti dengan bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.
Tanggapan : inilah tujuan sebenarnya dari propaganda JIN yaitu menjauhkan Alquran dari umat Islam, karena mereka paham betul bahwa ruh dan jiwa Islam adalah Alquran.
Bagi JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah Alqurannya. Jadi jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.
Karenanya, selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan aneka ragam propaganda anti Arabisasi untuk merealisasikan tujuan busuknya, antara lain :
Pertama, menolak istilah-istilah yang diambil dari bahasa Arab, hingga sebutan abi dan ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan istilah-istilah Indonesia, tapi lucunya mereka alergi dengan istilah Arab namun sangat suka dan amat fasih menggunakan istilah-istilah Barat.
Kedua, menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil daribahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama Indonesia.
Ketiga, bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengafanan mayit dengan kain putih karena beraroma tradisi Arab, sehingga perlu diganti dengan kain batik agar kental aroma Indonesia.
Bahkan mereka mulai tertarik dengan pakaian jas dan dasi barat buat mayit sebagaimana pengurusan jenazah non-Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih ketimbang “pocong”, walau bukan budaya Indonesia.
Berikut pernyataan yang saya ambil dari eramuslim.com dan suara islam.com
Dengan semakin majunya zaman, dan paham yang berkembang saat ini. bukan berarti agama harus di modernisasi juga, justru agama yang benar-benar lurus itu adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril kepada Nabi Besar Muhammad SAW, dan benar - benar murni tidak ada penambahan kalimat atau kata - kata yang sudah ada. Demikian Artikel dari saya kalau ada kesalahan mohon maaf, saya juga disini masih belajar dari anda semua yang membaca disini. Terima kasih, MARHABAN YA RAMADHAN.
Read more